Minggu, 15 Mei 2011
Harga Diri Sebuah "Asa"
oleh Yens Hendayani pada 08 Mei 2011 jam 4:56
Tahukah kawan ternyata susah menjadi diriku "ASA"????
Apalagi jika aku berada pada jiwa wanita timur yg syarat akan benteng norma dan agama terlepas dari apapun agama yg kt anut tp aku bangga n nyaman berada d jiwa mereka, aku merasa mempunyai perlindungan n harga diri lebih tp knp terkadang banyak yg tak mengerti akan diriku???, tak jarang yg mengatakan kami terlalu dingin n kaku karena berada d jiwa seoarang wanita timur. aku tdk tahu knp ada yg berfikir sprt itu pdhl aku sperti ini kr aku sangat menjunjung tinggi norma yg menaungi jiwa dimana aku berada (jiwa tuanku).
Lalu aku hrs bagaimana??? apakah ekspresif menunjukan diriku tanpa ada yg membentengi adalah kehendak dr semua orang untuk lebih menghargaiku....., aku bisa saja melakukan itu tp tak berartikah lagi sebuah pengendalian diri.
Menyesuaikan dg tempatku berada, aku mencoba menjadi "Asa" yg bernilai lebih n dewasa tepatnya yg punya harga diri dimana tdk sembarangan membuka segenap yg terpendam dlm diriku.
Apapun penilaian tentang diriku, aku ingin senantiasa membawa kebahagiaan untuk seseorang yg punya tempat lebih dlm diriku n aku sll berharap org itu th apa yg terpendam dlm diriku tanpa aku hrs membuka semua tabir yg ada dlm diriku.
Meskipun tuanku seperti yg aku gambarkan tp tuanku jg butuh suatu kepastian dr sesamaku yg berada pada jiwa seorang adam. apkah itu egois???? kr ternyata tuanku jg kadang sedikit buta dalam membaca sesama diriku yg berda dlm jiwa seorang adam. tuanku tdk mungkin menanyakan langsung meskipun sdh jamanya emansipasi. itu bukan kr tak ada keberanian dr tuanku tp kr tuanku sangat menjunjung tinggi norma n agama yg dia yakini.
Saranku untuk sesamaku yg berada pada jiwa adam, menurutku kalian lebih punya kebebasan menunjukan apapun yg terpendam dlm diri kalian dr pd aku jadi janganlah kalian membuat tuanku bingung harus bagaimana kr kalian tahu kesabaranku dlm diri tuanku tdk berarti tak terbatas. jika aku sdh berada di titik jenuh, salah2 akulah yg akan memberikan bisikan pada tuanku "sudahlah apa yg kau harapkan". jd aku mohon jangan gantung diriku di pohon kebimbangan kr aku takut angin akan membawaku k tempat lain yg tak pernah disangka tuanku......
Apalagi jika aku berada pada jiwa wanita timur yg syarat akan benteng norma dan agama terlepas dari apapun agama yg kt anut tp aku bangga n nyaman berada d jiwa mereka, aku merasa mempunyai perlindungan n harga diri lebih tp knp terkadang banyak yg tak mengerti akan diriku???, tak jarang yg mengatakan kami terlalu dingin n kaku karena berada d jiwa seoarang wanita timur. aku tdk tahu knp ada yg berfikir sprt itu pdhl aku sperti ini kr aku sangat menjunjung tinggi norma yg menaungi jiwa dimana aku berada (jiwa tuanku).
Lalu aku hrs bagaimana??? apakah ekspresif menunjukan diriku tanpa ada yg membentengi adalah kehendak dr semua orang untuk lebih menghargaiku....., aku bisa saja melakukan itu tp tak berartikah lagi sebuah pengendalian diri.
Menyesuaikan dg tempatku berada, aku mencoba menjadi "Asa" yg bernilai lebih n dewasa tepatnya yg punya harga diri dimana tdk sembarangan membuka segenap yg terpendam dlm diriku.
Apapun penilaian tentang diriku, aku ingin senantiasa membawa kebahagiaan untuk seseorang yg punya tempat lebih dlm diriku n aku sll berharap org itu th apa yg terpendam dlm diriku tanpa aku hrs membuka semua tabir yg ada dlm diriku.
Meskipun tuanku seperti yg aku gambarkan tp tuanku jg butuh suatu kepastian dr sesamaku yg berada pada jiwa seorang adam. apkah itu egois???? kr ternyata tuanku jg kadang sedikit buta dalam membaca sesama diriku yg berda dlm jiwa seorang adam. tuanku tdk mungkin menanyakan langsung meskipun sdh jamanya emansipasi. itu bukan kr tak ada keberanian dr tuanku tp kr tuanku sangat menjunjung tinggi norma n agama yg dia yakini.
Saranku untuk sesamaku yg berada pada jiwa adam, menurutku kalian lebih punya kebebasan menunjukan apapun yg terpendam dlm diri kalian dr pd aku jadi janganlah kalian membuat tuanku bingung harus bagaimana kr kalian tahu kesabaranku dlm diri tuanku tdk berarti tak terbatas. jika aku sdh berada di titik jenuh, salah2 akulah yg akan memberikan bisikan pada tuanku "sudahlah apa yg kau harapkan". jd aku mohon jangan gantung diriku di pohon kebimbangan kr aku takut angin akan membawaku k tempat lain yg tak pernah disangka tuanku......
Langganan:
Postingan (Atom)